Diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan sanadnya sampai kepada Amir bin Syurahbil asy-Sya’bi, bahwa dia meminta kepada Fathimah binti Qais untuk menyampaikan hadits yang dia dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Fathimah binti Qais menceritakan:
“Ketika aku selesai dari masa iddahku, aku mendengar mu’adzin untuk shalat jama’ah. Aku keluar menuju masjid, aku shalat di barisan para wanita, di belakang punggung-punggung kaum pria. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai shalat, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di mimbar dalam keadaan tersenyum, seraya berkata:
“Ketika aku selesai dari masa iddahku, aku mendengar mu’adzin untuk shalat jama’ah. Aku keluar menuju masjid, aku shalat di barisan para wanita, di belakang punggung-punggung kaum pria. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai shalat, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di mimbar dalam keadaan tersenyum, seraya berkata:
لِيَلْزَمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مُصَلاَّهُ
Hendaklah setiap orang tetap di tempatnya!
Kemudian beliau berkata:
أَتَدْرُونَ لِمَ جَمَعْتُكُمْ؟
Tahukah kalian untuk apa aku kumpulkan kalian?
Mereka menjawab:
Mereka menjawab:
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
إِنِّي وَاللَّهِ مَا جَمَعْتُكُمْ لِرَغْبَةٍ وَلاَ لِرَهْبَةٍ وَلَكِنْ جَمَعْتُكُمْ ِلأَنَّ تَمِيمًا الدَّارِيَّ كَانَ رَجُلاً نَصْرَانِيًّا فَجَاءَ فَبَايَعَ وَأَسْلَمَ وَحَدَّثَنِي حَدِيثًا وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْ مَسِيحِ الدَّجَّالِ حَدَّثَنِي أَنَّهُ رَكِبَ فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ مَعَ ثَلاَثِينَ رَجُلاً مِنْ لَخْمٍ وَجُذَامَ فَلَعِبَ بِهِمُ الْمَوْجُ شَهْرًا فِي الْبَحْرِ ثُمَّ أَرْفَئُوا إِلَى جَزِيرَةٍ فِي الْبَحْرِ حَتَّى مَغْرِبِ الشَّمْسِ فَجَلَسُوا فِي أَقْرُبِ السَّفِينَةِ فَدَخَلُوا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْهُمْ دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لاَ يَدْرُونَ مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقَالُوا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قَالُوا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتْ أَيُّهَا الْقَوْمُ انْطَلِقُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ قَالَ لَمَّا سَمَّتْ لَنَا رَجُلاً فَرِقْنَا مِنْهَا أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً قَالَ فَانْطَلَقْنَا سِرَاعًا حَتَّى دَخَلْنَا الدَّيْرَ فَإِذَا فِيهِ أَعْظَمُ إِنْسَانٍ رَأَيْنَاهُ قَطُّ خَلْقًا وَأَشَدُّهُ وِثَاقًا مَجْمُوعَةٌ يَدَاهُ إِلَى عُنُقِهِ مَا بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى كَعْبَيْهِ بِالْحَدِيدِ قُلْنَا وَيْلَكَ مَا أَنْتَ قَالَ قَدْ قَدَرْتُمْ عَلَى خَبَرِي فَأَخْبِرُونِي مَا أَنْتُمْ قَالُوا نَحْنُ أُنَاسٌ مِنَ الْعَرَبِ رَكِبْنَا فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ فَصَادَفْنَا الْبَحْرَ حِينَ اغْتَلَمَ فَلَعِبَ بِنَا الْمَوْجُ شَهْرًا ثُمَّ أَرْفَأْنَا إِلَى جَزِيرَتِكَ هَذِهِ فَجَلَسْنَا فِي أَقْرُبِهَا فَدَخَلْنَا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْنَا دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لاَ يُدْرَى مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقُلْنَا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قُلْنَا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتِ اعْمِدُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِاْلأَشْوَاقِ فَأَقْبَلْنَا إِلَيْكَ سِرَاعًا وَفَزِعْنَا مِنْهَا وَلَمْ نَأْمَنْ أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً فَقَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَخْلِ بَيْسَانَ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ أَسْأَلُكُمْ عَنْ نَخْلِهَا هَلْ يُثْمِرُ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يُوشِكُ أَنْ لاَ تُثْمِرَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ بُحَيْرَةِ الطَّبَرِيَّةِ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِيهَا مَاءٌ قَالُوا هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ قَالَ أَمَا إِنَّ مَاءَهَا يُوشِكُ أَنْ يَذْهَبَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ عَيْنِ زُغَرَ قَالُوا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِي الْعَيْنِ مَاءٌ وَهَلْ يَزْرَعُ أَهْلُهَا بِمَاءِ الْعَيْنِ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ وَأَهْلُهَا يَزْرَعُونَ مِنْ مَائِهَا قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَبِيِّ اْلأُمِّيِّينَ مَا فَعَلَ قَالُوا قَدْ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ وَنَزَلَ يَثْرِبَ قَالَ أَقَاتَلَهُ الْعَرَبُ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ كَيْفَ صَنَعَ بِهِمْ فَأَخْبَرْنَاهُ أَنَّهُ قَدْ ظَهَرَ عَلَى مَنْ يَلِيهِ مِنَ الْعَرَبِ وَأَطَاعُوهُ قَالَ لَهُمْ قَدْ كَانَ ذَلِكَ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ وَإِنِّي مُخْبِرُكُمْ عَنِّي إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِي اْلأَرْضِ فَلاَ أَدَعَ قَرْيَةً إِلاَّ هَبَطْتُهَا فِي أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَيَّ كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اسْتَقْبَلَنِي مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِي عَنْهَا وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلاَئِكَةً يَحْرُسُونَهَا.
Sungguh demi Allah, tidaklah aku mengumpulkan kalian karena satu kebutuhan atau menghindari sesuatu. Sesungguhnya aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad-Dari -seorang Nashrani-telah datang berbaiat dan masuk Islam. Dia menghabarkan kepadaku satu berita yang mencocoki apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang al-Masih ad-Dajjal. Dia menyampaikan kepadaku bahwa dia mengarungi lautan di atas sebuah kapal bersama 30 orang dari suku Lakham dan Judzam. Kemudian mereka dipermainkan oleh gelombang lautan selama satu bulan hingga terdampar di sebuah pulau di tengah lautan sampai matahari terbenam. Mereka duduk di dekat kapalnya, kemudian memasuki pulau tersebut hingga bertemu dengan seekor binatang yang berambut lebat, tidak diketahui mana depan dan mana belakangnya karena panjang dan lebat bulunya. Mereka berkata: “Celaka engkau, makhluk apakah kau ini?” Tiba-tiba mahluk itu menjawab: “Aku adalah AL-JASSAASAH”. Mereka bertanya lagi: “Apa itu Al-Jassaasah?” Mahluk itu berkata:“Pergilah kalian menemui orang yang berada di kuil itu, karena dia sangat menantikan berita dari kalian”.
Kami berkata: “Ketika kami mendengar disebutnya seseorang, maka muncullah ketakutan dalam diri kami kalau-kalau yang dihadapinya adalah setan. Kami segera pergi memasuki kuil tersebut. Dalam kuil itu kami dapati seorang yang sangat besar, bahkan manusia terbesar yang pernah kami lihat dalam keadaan terbelenggu. Kedua tangannya digabungkan dengan lehernya, dan di antara kedua lutut sampai mata kakinya terbelenggu dengan belenggu besi. Kami berkata: “Celaka engkau! Mahluk apakah engkau?” Dia menjawab: “Kalian telah ditakdirkan untuk mengetahui beritaku. Maka beritakanlah kepadaku siapa kalian?” Kami menjawab: “Kami adalah rombongan dari kalangan Arab yang mengarungi lautan di atas sebuah kapal, kemudian kami diterjang badai dan dipermainkan ombak sebulan lamanya, hingga terdampar di tempatmu ini. Kami duduk di dekat kapal kami, dan berjalan-jalan hingga bertemu dengan binatang berbulu lebat yang tidak dapat dikenali mana muka dan mana be-lakangnya. Kami pun bertanya: “Celaka engkau! makhluk apakah kau ini?” Tiba-tiba mahluk itu menjawab: “Aku adalah AL-JASSAASAH”. Mereka bertanya lagi: “Apa itu Al-Jassaasah?” Mahluk itu berkata: “Pergilah kalian menemui orang yang berada di kuil itu, karena dia sangat menantikan berita dari kalian”. Ketika kami mendengar disebutnya seseorang, maka muncullah ketakutan dalam diri kami kalau-kalau yang dihadapinya adalah setan. Maka kami segera menuju ke tempatmu”.
Orang yang terbelenggu tersebut berkata: “Kabarkanlah kepadaku tentang pohon-pohon kurma di Baisan!”
Kami katakan: “Tentang apanya yang kamu tanyakan?”
Ia menjawab: “Aku bertanya kepada kalian apakah pohon-pohon kurma itu sudah berbuah?”
Kami katakan kepadanya: “Sudah”.
Ia berkata: “Ketahuilah, bahwa sebentar lagi pohon-pohon itu tidak akan berbuah”.
Ia berkata lagi: “Kabarkan kepadaku tentang danau Thabariyah?”
Kami katakan: “Tentang apanya yang kamu tanyakan?”
Ia menjawab: “Aku bertanya kepada kalian apakah masih berair?”
Kami katakan: “Ya. Danau itu banyak air-nya”.
Ia berkata: “Ketahuilah, sebentar lagi dia akan kering”.
Dia berkata: “Kabarkanlah kepadaku tentang mata air Zughar?”
Kami katakan: “Tentang apanya yang kamu tanyakan?”
Ia menjawab: “Apakah mata air itu masih berair dan apakah penduduknya masih bercocok tanam dengannya?”
Kami katakan: “Ya. Mata air itu masih berair dan penduduknya bercocok tanam dari air tersebut”.
Dia berkata: “Kabarkanlah kepadaku tentang nabinya orang-orang ummiy (yang tidak dapat membaca dan menulis –pent.), apa yang dilakukannya?”
Kami katakan: “Ia telah keluar dari Mekah menuju Yatsrib (Madinah)”.
Dia berkata: “Apakah orang-orang Arab memeranginya?”
Kami katakan: “Ya”.
Dia berkata: “Apa yang dilakukannya terhadap mereka?”
Kami kabarkan kepadanya bahwasanya nabi tersebut telah menang dan menguasai orang-orang Arab di sekitarnya, dan mereka mentaatinya.
Dia menyela: “Apakah sudah terjadi yang demikian?”
Kami katakan: “Ya”.
Dia berkata: “Kalau mereka mau mentaatinya, sungguh lebih baik buat mereka,”.
Kemudian orang itu berkata: “Sekarang aku mengabarkan kepada kalian tentang diriku, aku adalah AL-MASIEH (Yakni al-Masieh ad-Dajjal, pent.). Dan sesungguhnya sebentar lagi akan diizinkan untuk keluar. Dan aku akan berjalan menelusuri bumi, tidak akan aku tinggalkan satu desa pun kecuali akan aku masuki dalam waktu 40 malam, selain Mekah dan Thayibah. Karena kedua tempat itu diharamkan atasku untuk memasukinya. Setiap aku akan memasuki salah satunya, maka aku dihadapi oleh malaikat-malaikat yang di tangannya terhunus pedang yang tajam menghalau aku dari tempat tersebut. Dan sesungguhnya di setiap celah dari keduanya ada malaikat yang menjaganya”.
Orang yang terbelenggu tersebut berkata: “Kabarkanlah kepadaku tentang pohon-pohon kurma di Baisan!”
Kami katakan: “Tentang apanya yang kamu tanyakan?”
Ia menjawab: “Aku bertanya kepada kalian apakah pohon-pohon kurma itu sudah berbuah?”
Kami katakan kepadanya: “Sudah”.
Ia berkata: “Ketahuilah, bahwa sebentar lagi pohon-pohon itu tidak akan berbuah”.
Ia berkata lagi: “Kabarkan kepadaku tentang danau Thabariyah?”
Kami katakan: “Tentang apanya yang kamu tanyakan?”
Ia menjawab: “Aku bertanya kepada kalian apakah masih berair?”
Kami katakan: “Ya. Danau itu banyak air-nya”.
Ia berkata: “Ketahuilah, sebentar lagi dia akan kering”.
Dia berkata: “Kabarkanlah kepadaku tentang mata air Zughar?”
Kami katakan: “Tentang apanya yang kamu tanyakan?”
Ia menjawab: “Apakah mata air itu masih berair dan apakah penduduknya masih bercocok tanam dengannya?”
Kami katakan: “Ya. Mata air itu masih berair dan penduduknya bercocok tanam dari air tersebut”.
Dia berkata: “Kabarkanlah kepadaku tentang nabinya orang-orang ummiy (yang tidak dapat membaca dan menulis –pent.), apa yang dilakukannya?”
Kami katakan: “Ia telah keluar dari Mekah menuju Yatsrib (Madinah)”.
Dia berkata: “Apakah orang-orang Arab memeranginya?”
Kami katakan: “Ya”.
Dia berkata: “Apa yang dilakukannya terhadap mereka?”
Kami kabarkan kepadanya bahwasanya nabi tersebut telah menang dan menguasai orang-orang Arab di sekitarnya, dan mereka mentaatinya.
Dia menyela: “Apakah sudah terjadi yang demikian?”
Kami katakan: “Ya”.
Dia berkata: “Kalau mereka mau mentaatinya, sungguh lebih baik buat mereka,”.
Kemudian orang itu berkata: “Sekarang aku mengabarkan kepada kalian tentang diriku, aku adalah AL-MASIEH (Yakni al-Masieh ad-Dajjal, pent.). Dan sesungguhnya sebentar lagi akan diizinkan untuk keluar. Dan aku akan berjalan menelusuri bumi, tidak akan aku tinggalkan satu desa pun kecuali akan aku masuki dalam waktu 40 malam, selain Mekah dan Thayibah. Karena kedua tempat itu diharamkan atasku untuk memasukinya. Setiap aku akan memasuki salah satunya, maka aku dihadapi oleh malaikat-malaikat yang di tangannya terhunus pedang yang tajam menghalau aku dari tempat tersebut. Dan sesungguhnya di setiap celah dari keduanya ada malaikat yang menjaganya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sambil menunjuk dengan tongkatnya ke tanah dari atas mimbar:
هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ يَعْنِي الْمَدِينَةَ أَلاَ هَلْ كُنْتُ حَدَّثْتُكُمْ ذَلِكَ.
Inilah yang dimaksud Thayibah, inilah yang dimaksud Thayibah yakni al-Madinah. Bukankah aku pernah mengatakannya kepada kalian?
Maka manusia menjawab: “Ya”.
Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Maka manusia menjawab: “Ya”.
Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَإِنَّهُ أَعْجَبَنِي حَدِيثُ تَمِيمٍ أَنَّهُ وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْهُ وَعَنِ الْمَدِينَةِ وَمَكَّةَ أَلاَ إِنَّهُ فِي بَحْرِ الشَّأْمِ أَوْ بَحْرِ الْيَمَنِ لاَ بَلْ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى الْمَشْرِقِ. رواه مسلم في صحيحه/كتاب الفتن ج 18 ص 282-284 مع شرح النووي
Sungguh sangat mengagumkan aku berita dari Tamim ad-Dari ini, sesungguhnya ia cocok dengan apa yang telah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Mekah. Ketahuilah sesungguhnya dia (Dajjal) ada di laut Syam atau di laut Yaman. Tidak, bahkan di arah Masyriq, bahkan di arah Masyriq sambil mengisyaratkan dengan tangannya ke arah Masyriq. (Shahih Muslim/kitabul fitan wa asyrathu as-Sa’ah bab qishatul jassaasah, juz 18 hal. 282-284 dengan syarh Imam Nawawi).
Imam Qurthubi berkata: “Keraguan dan dzan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah disengaja untuk menyamarkan atas pendengar tentang tempatnya. Kemudian menyebutkan dengan tegas arahnya, yaitu dari arah Masyriq”. (Lihat Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, juz 11, hal. 318)
Dalam Fathul Wadud dikatakan: “Keraguan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bertujuan menyamarkan tempatnya kepada pendengar”. (Lihat Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, juz 11, hal. 319)
Bahaya Fitnah Dajjal
Diriwayatkat dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam pernah berbicara satu hadits yang panjang tentang Dajjal, di antaranya beliau bersabda:
…يَأْتِي الدَّجَّالُ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ الْمَدِينَةِ فَيَنْزِلُ بَعْضَ السِّبَاخِ الَّتِي تَلِي الْمَدِينَةَ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ وَهُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَهُ فَيَقُولُ الدَّجَّالُ أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ هَلْ تَشُكُّونَ فِي اْلأَمْرِ فَيَقُولُونَ لاَ فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ فَيَقُولُ وَاللَّهِ مَا كُنْتُ فِيكَ أَشَدَّ بَصِيرَةً مِنِّي الْيَوْمَ فَيُرِيدُ الدَّجَّالُ أَنْ يَقْتُلَهُ فَلاَ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ . رواه البخاري في صحيحه/كتاب الفتن 13/101 مع الفتح
Datang Dajjal dan dia terhalang untuk memasuki Madinah, maka dia singgah di pinggiran padang pasir bergaram yang berada di luar Madinah. Maka saat itu keluarlah seseorang laki-laki dari manusia terbaik yang ada di Madinah. Kemudian berkata kepadanya: “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Dajjal, yang dikabarkan kepada kami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Kemudian Dajjal berkata (kepada orang di sekitarnya):“Bagaimana pendapat kalian kalau aku membunuhnya, kemudian aku hidupkan kembali? Apakah kalian masih ragu terhadapku?”. Maka mereka berkata: “Tidak”. Maka Dajjal pun membunuhnya kemudian dihidupkannya kembali. Maka orang itu berkata:”Demi Allah aku sekarang lebih yakin dan tidak pernah aku lebih yakin dari hari ini bahwa engkau adalah Dajjal”. Maka Dajjal pun ingin membunuhnya, tapi ia tidak mampu. (HR. Bukhari dalam Shahih-nya/Kitabul Fitan, juz 13/101 –Fathul Bari)
وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ أَنْ يَقُولَ ِلأَعْرَابِيٍّ أَرَأَيْتَ إِنْ بَعَثْتُ لَكَ أَبَاكَ وَأُمَّكَ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَبُّكَ فَيَقُولُ نَعَمْ فَيَتَمَثَّلُ لَهُ شَيْطَانَانِ فِي صُورَةِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَيَقُولاَنِ يَا بُنَيَّ اتَّبِعْهُ فَإِنَّهُ رَبُّكَ. رواه ابن ماجه؛ وصححه الألباني في صحيح الجامع الصغير 6/273-277
Dan di antara fitnahnya Dajjal adalah: ia berkata kepada seorang Badui: “Bagaimana pendapatmu kalau aku membangkitkan ibu dan bapakmu? Apakah engkau percaya bahwa aku adalah tuhanmu?” Maka orang Badui tadi mengatakan: “Ya”. Maka bangkitlah dua setan dalam bentuk bapak dan ibunya, keduanya berkata: “Wahai anakku, ikutilah dia sesungguhnya dia adalah tuhanmu”. (HR. Ibnu Majah, Syaikh al-Albani menshahihkanya dalam Shahih Jami’ ash-Shaghir (6/273-277))